Kru pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Rabu (9/5/2012).
Kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak telah terungkap. Selain pilot yang mengobrol, ada dua kesalahan fatal lainnya yang menyebabkan 45 penumpang tewas.
Bila belajar Google Adwords mudah, belajar mengemudikan pesawat tentu berbeda. Bahkan pilot handal sekalipun masih lalai dalam mengemudikan pesawat sehingga menyebabkan kecelakaan. Ini yang terjadi pada pilot Sukhoi Superjet 100.
Investigasi KNKT memuat data tiga kesalahan fatal pilot SSJ 100 yang membawa 45 penumpang tersebut. Hasil tersebut diungkap Tatang Kurniadi, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi, Selasa (18/12).
Pertama, informasi tentang area yang dilintasi (Bogor) tidak tertera pada peta pesawat SSJ 100. Wilayah imajiner itu melintang sepanjang 50 kilometer dari Tangerang hingga Cikeas, dengan lebar sekitar 20 kilometer. Pilot yang tidak menguasai medan dan kontur pengunungan Salak semakin diperparah dengan kondisi langit yang tebal hingga jarak pandang terbatas.
Kedua, dalam penerbangan tersebut, Pilot In Command (PIC) Aleksandr Yablontsev (57) bertugas sebagai pilot yang mengemudikan pesawat dan Second In Command (SIC) bertugas sebagai pilot monitoring. Seorang wakil dari calon pembeli duduk di kokpit yaitu di observer (jump seat).
Kehadiran calon pembeli inilah yang diduga kuat membuat hilangnya konsentrasi pilot dalam mengemudikan pesawat. Sebab, komunikasi di luar konteks penerbangan terjadi di menit-menit terakhir seperti yang terekam.
Disinyalir, ia tengah mempromosikan kehebatan SSJ 100 kepada wakil calon pembeli beberapa saat sebelum menabrak tebing Gunung Salak.
Dugaan ini diperkuat dari rentetan komunikasi yang didapat tim investigasi melalui memori modul black box. Bahkan 34 detik sebelum pesawat itu menabrak tebing, Yablonstev mematikan Terrain Awareness Warning System (TAWS) yang memberikan peringatan berupa suara sebanyak enam kali. Pilot sengaja mematikan TAWS sebab mengira itu hanya database yang bermasalah.
Kesalahan ketiga ialah saat data penerbangan yang dibawa ke dalam pesawat. Hal ini membuat proses evakuasi menjadi tersendat dan keluarnya data korban yang simpang siur.
"Ini bukan human error, tapi human factor," ujar Tatang.
Tatang juga menjelaskan bahwa biasanya pilot kerap kali keluar dari parameter seharusnya saat penerbangan demonstrasi. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan kehebatan pesawat pada calon pembeli.